Jakarta, JaringBisnis. Hingga April 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan daftar 41 emiten yang berisiko dihapus pencatatannya dari bursa saham atau delisting. BEI melaporkan bahwa 41 emiten tersebut telah disuspensi lebih dari 6 bulan. Disamping itu, memasuki pertengahan tahun 2024, terdapat beberapa perusahaan melakukan banyak aksi korporasi yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, mulai dari merger & akuisisi, pembagian dividen, buyback saham, delisting, hingga right issue.
Rights issue sendiri merupakan langkah bagi beberapa emiten agar bisa mendapat pendanaan murah untuk menunjang kebutuhan ekspansi di tengah era suku bunga yang cukup tinggi pada tahun 2024. Investor retail diingatkan agar bijak memperhatikan tujuan dari right issue, karena right issue memberikan sentimen yang cenderung negatif berupa ‘delusi kepemilikan saham’. Penurunan kepemilikan saham ini menyebabkan penurunan porsi dividen yang akan diterima nantinya.
Hal ini menjadi bahasan dari Webinar bertajuk ‘Pantau Aksi Korporasi dan Saham yang Berpotensi Delisting’ yang digelar oleh Sinarmas Sekuritas (SimInvest) pada Senin (27/5). Hadir sebagai narasumber, Ike Widiawati (Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas). Melalui webinar ini, Sinarmas Sekuritas mengajak para retail investor untuk menganalisis bagaimana dampak aksi korporasi tersebut terhadap pergerakan harga sahamnya.
Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas (SimInvest) Ike Widiawati, menggarisbawahi pentingnya para investor retail untuk jeli dalam memantau berbagai aksi korporasi atau potensi terjadinya delisting terhadap saham yang mereka miliki. “Kami mengingatkan pentingnya para investor retail untuk melihat saham-saham yang tengah memiliki agenda untuk melakukan rights issue, pantau bagaimana kondisi sahamnya sebelum dan setelah aksi korporasi tersebut.”
“Selain itu investor retail juga bisa cermat melihat berbagai emiten yang tengah hangat diperbincangkan antara lain peluang merger dan akuisisi. Seperti perkembangan negosiasi FREN dan EXCL ataupun PTRO-CUAN. Serta tidak ketinggalan isu NCKL yang berencana mengakuisisi tambang nikel baru,” pungkas Ike.
Sinarmas Sekuritas menyarankan agar investor retail tetap up-to-date dengan informasi tentang saham-saham yang berisiko delisting. Ini akan membantu para investor untuk merencanakan investasi mereka dengan lebih bijaksana sesuai dengan tujuan dan risiko yang mereka hadapi. (JB/01/Ole)