UNTUK INDONESIA EMAS 2045, JANGAN ABAIKAN PEMBINAAN ATLET SEPEDA USIA DINI

Pengumuman calon atlet PPOP DKI Jakarta

Jakarta, JaringBisnis. Salah satu cara untuk meningkatkan gairah bike to school adalah menjadikan sepeda sebagai bagian dari O2SN. Ya, dilombakan sehingga ia sama kedudukannya seperti pramuka, karate, silat, dan ekskul lainnya. Mengingat, sebelumnya prestasi sepeda diabaikan untuk jalur prestasi (japres) karena tak ada dalam 02SN.

Ini adalah rangkaian hirarki, sehingga kelak mulai dari SD, SMP, SMA hingga jenjang perkuliahan ada sepeda sebagai olahraga yang dipertandingkan -yang kita harapkan mendorong budaya bersepeda dalam arti luas.

Jangan lupa, olahraga sepeda tidak ada dalam Popnas (setingkat SMA), Pomnas (Kuliah), dan baru muncul di PON, Sea Games, Asian Games, Olimpiade -sehingga pembinaan atlet usia dini sepeda agak kalah moncer karena ketiadaan pembinaan yang berkelanjutan yang terstruktur -yaitu, ada kekuatan hukum berupa peraturan perundangan, misalnya.

Pergerakan senyap beberapa pimpinan pemerintahan yang cinta bersepeda, institusi Indonesia Cycling Federation (ICF), ISSI Pengprov (karena harus ada persetujuan minimal 9 Pengprov), orangtua atlet, dan semua pihak yang terkait, membuat tahun 2023, untuk pertama kalinya dalam sejarah, sepeda masuk dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) di Palembang. Ini perjalanan panjang, termasuk lobby-lobby yang dilakukan, sehingga sepeda dilombakan sebagai cabor atau cabang olahraga resmi, bukan ekshebisi.

Upaya ini tidak terputus, pasca Popnas, tiap daerah melalui Dinas Pemuda Olahraga Provinsi (Dispora) masing-masing, didorong untuk memiliki program pelatihan sepeda yang berkesinambungan. Tentu hasilnya tergantung dari keseriusan dan kebijakan masing-masing Pemerintah Provinsi.

DKI Jakarta, secara resmi, pada tahun ajaran baru 2024 membuka cabor balap sepeda (lintas genre) untuk masuk pada Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) -yang setara untuk SMU.
Ya, ini sejarah baru.
Ada legitimasi dan diakui negara.

Di PPOP mereka akan masuk mess (Ragunan), hidup teratur, makan dijaga dan direncanakan dan dibuat oleh ahli gizi, mendapatkan sarana prasarana olahraga seperti gym, klinik kesehatan, rehabilitasi cedera, uang saku, sekolah gratis yang fleksibel mengikuti keperluan latihan, kendaraan, pelatih sepeda bersertifikat UCI, dan fasilitas lainnya. Dan berstandar Internasional mengacu pada sport science.

Hingga saat ini, masih terbuka pendaftaran untuk atlet usia dini yang akan mencoba peruntungannya untuk masuk PPOP DKI Jakarta. Dan semoga ini menjadi kabar baik untuk seluruh insan sepeda Indonesia, menjadikan sepeda sebagai budaya baik, yang kelak berimbas pada sepeda sebagai alat transportasi pilihan.

Tapi paling tidak, menjadikan sepeda dikenal, disukai, jadi alat bermain, alat bepergian, dan alat berprestasi anak-anak kita. (JB/02/GlG)