Jakarta, JaringBisnis. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi penyakit yang paling sering dialami nasabah Allianz setiap bulannya. Sepanjang 2024, tercatat lebih dari 30 ribu kasus klaim terkait ISPA dari nasabah.
Hal ini menandakan bahwa penyakit ini masih menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat. ISPA dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari polusi udara yang merusak sistem pernapasan hingga infeksi virus dan bakteri.
Keduanya menimbulkan gejala yang serupa, namun ada beberapa langkah penanganan yang berbeda sesuai dengan penyebabnya. Penanganan yang kurang sesuai ini juga turut menentukan tingginya kasus ISPA, bahkan dapat berujung secara fatal.
Penyebab ISPA
dr. Tubagus Argie F. S. Sunartadirdja, Head of Claim Cashless, Credentialing, Payment, and Data Analytics Allianz Life Indonesia, menekankan pentingnya mengenali perbedaan penyebab ISPA agar masyarakat tidak salah langkah dalam penanganannya.
“Gejala ISPA akibat virus biasanya lebih ringan, seperti batuk berdahak dengan warna bening dan kadang tanpa demam. Sementara ISPA akibat bakteri umumnya ditandai dengan batuk berdahak berwarna kuning hingga kehijauan, demam tinggi yang berlangsung lama, serta gejala yang lebih berat. Dengan mengetahui perbedaannya, kita bisa menentukan penanganan yang tepat dan mengukur tingkat keparahannya,” jelas dr. Argie.
Karena penyebab yang berbeda, penanganan penyakit ISPA yang disebabkan virus dan bakteri menjadi berbeda pula.
Jika ISPA disebabkan oleh virus, penderita tidak perlu antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru dapat menimbulkan resistensi berbahaya.
Penderita ISPA akibat virus lebih diutamakan fokus pada perawatan suportif, seperti istirahat cukup, minum air yang banyak, obat simptomatik seperti paracetamol untuk demam atau ibuprofen untuk nyeri, serta konsumsi vitamin C dan D untuk mendukung daya tahan tubuh
ISPA akibat virus viasanya sembuh dalam 3–7 hari jika daya tahan tubuh baik. Namun, jika gejala memburuk, penderita harus segera konsultasi ke dokter.
Sedangkan ISPA yang disebabkan bakteri perlu pengobatan dengan antibiotik sesuai resep dokter, yang harus dikonsumsi hingga habis meskipun gejala membaik. Penderita juga tidak memerlukan obat antivirus.
Penderita ISPA akibat bakteri beresiko mengalami komplikasi lebih tinggi jika tidak ditangani. Jika mengalami batuk berdahak kuning/kehijauan, demam tinggi, atau sesak napas, harus segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan
Gunakan Telekonsultasi
Saat ini, berkonsultasi dengan dokter menjadi semakin mudah berkat layanan digital. Allianz Indonesia menghimbau nasabah untuk segera menangani gejala ISPA dengan cepat dan tepat melalui fasilitas telekonsultasi yang tersedia.
Penanganan sejak awal sangat membantu mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi risiko komplikasi.
Menurut dr. Argie ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan masyarakat untuk mencegah ISPA yaitu :
- Jaga kualitas udara di lingkungan rumah
- Pastikan ventilasi dan pencahayaan ruangan baik
- Bersihkan AC dan filter udara secara rutin
- Cek kualitas udara harian sebelum beraktivitas di luar
- Gunakan masker (misalnya N95) jika udara sedang buruk
- Hindari ruangan tertutup dengan asap rokok
- Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Rutin berolahraga
- Gunakan masker di tempat ramai atau saat sakit
- Berjemur di pagi hari dan konsumsi makanan bergizi serta vitamin
“Kita tidak bisa menghindari tingginya polusi udara, namun kita bisa melakukan berbagai langkah untuk melindungi diri. ISPA—baik karena virus maupun bakteri—umumnya dipicu oleh kekebalan tubuh yang lemah dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Dengan pemahaman dan langkah pencegahan yang tepat, kita semua dapat lebih siap menghadapi tantangan kesehatan yang muncul,” jelas dr. Argie. (JB/03/Wid)