Jakarta, JaringBisnis. Makara Art Center bekerja sama dengan Asrama Mahasiswa UI menggelar sarasehan budaya bertajuk ‘Religiusitas dalam Sastra Nusantara’ di Gedung Asrama UI Depok, Kamis (13/03/25).
Sarasehan yang didukung Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Forum Kebangsaan, dan Yayasan Akar Indonesia ini dihadiri akademisi, budayawan, pemuka agama, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Sarasehan ini bertujuan menggali kearifan sastra Nusantara sebagai medium penyampaian nilai-nilai religius yang inklusif, sekaligus memperkuat identitas bangsa di tengah keragaman.
Dalam sambutannya, Kepala Makara Art Center Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, S.Ag., M.Si menyoroti beberapa karya sastra nusantara diantaranya mengenai Serat Centhini dan Hikayat Raja Pasai yang memadukan ajaran Islam dengan nilai lokal.
“Dalam Serat Centhini, konsep tasawuf disajikan melalui simbol budaya Jawa, menunjukkan adaptasi agama yang tidak menghilangkan akar tradisi,” paparnya.
Safrin Arifin, Direktur Pengelola Fasilitas Penunjang Pendidikan menambahkan, sastra Nusantara juga berhubungan dengan kesehatan. Salah satunya berhubungan dengan metode pengobatan dan racikan obat-obatan yang banyak ditemui di berbagai wilayah nusantara.
Direktur Pemberdayaan Nilai Budaya Kementerian Kebudayaan RI, Yayuk Sri Budi Rahayu mengatakan bukan hanya warisan namun estetika yang tinggi yang mencerminkan nilai toleransi juga cerminan luhur nilai spiritual yang menyatukan perbedaan.
“Dari manuskrip kuno hingga karya kontemporer, kita temukan dialog antariman yang relevan untuk masa kini,” papar Yayuk.
Sesi diskusi menghadirkan Yanusa Nugroho (budayawan) dan Jamal D Rahman (akademisi) sebagai pembicara kunci. Sedangkan Yayuk Sri Budi Rahayu sebagai keynote speaker
Dalam diskusi Yanusa mengupas contoh nyata dari naskah cerita pewayangan mengenai kisah serat nusantara Dewa Ruci yang menceritakan mengenai sastra mengandung religiusitas yang berhubungan dengan tasawuf.
Sedangkan Jamal D Rahman menyoroti pentingnya sastra sebagai alat pendidikan moral. Dikatakan, sastra melayu banyak juga berpengaruh terhadap karya sastra nusantara, salah satu tokoh sastrawan melayu yakni Hamzah Fansuri banyak tulisannya erat hubungannya dengan kesufian yang menggunakan symbol-symbol alam seperti laut dan lain-lain.
“Religiusitas dalam sastra Nusantara bersifat cair, memungkinkan pembaca dari latar belakang apa pun menemukan makna universal,” ungkap Yayuk. (JB/03/Wid)