Jawa Timur, JaringBisnis. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, terletak di wilayah Provinsi Jawa Timur, masuk dalam empat Kabupaten, Malang. Probolinggo, Pasuruan dan Lumajang. Luas hampir kurang lebih 500 Km2.
Pegunungan dengan ciri khas hamparan pasir seluas 5.250 hektar yang berada pada ketinggian 2.100 meter di atas permukaan air yang dikenal dengan istilah pasir berbisik. Salah satu keindahan di pegunungan Bromo adalah saat menjelang matahari terbit dan banyak wisatawan menyaksikan terbitnya matahari pagi.
Untuk menuju kawasan wisata Bromo hampir bisa dari semua kota termasuk dari Malang dan Probolinggo, masing masing menawarkan keindahan dan fasilitas yang disediakan oleh Pemda setempat.
Wisatawan yang masuk dari Kabupaten Malang, kini disuguhi sebuah resto yang bisa dijadikan gardu pandang. Bromo selain menjadi tujuan wisatawan lokal juga menjadi tujuan wisatawan asing. Keindaahan alam pegunungan dan hamparan pasir luas menjadi hal yang sangat menarik bagi pengunjung.
Selalin pengunjung biasa, pegunungan Bromo adalah tempat favorit para pesepeda. Khususnya pesepeda MTB. Para pesepeda MTB akan memanfaatkan track pegunungan Bromo untuk bersepeda. Track Bromo dikenal sangat variatif sekali, untuk katagori Down Hill, XC atau Cross Country, dan sekedar bersepeda santai di sekitar Bromo dengan sepeda lipat yang praktis.
Pada Sabtu (24/8) adalah perjalanan kedua tim JaringBisnis meliput lokasi wisata di Malang, setelah Tumpak Sewu, Tim JaringBisnis, berada di Pegunungan Bromo, melalui gerbang Coban Pelangi.
Pengunjung yang akan datang ke Taman Nasional Bromo, akan dikenakan ticket masuk sebesar Rp. 34.000,- untuk wisatawan lokal, dan Rp. 340.000,- untuk wisatawan Manca Negara. Pembelian ticket bisa dilakukan secara online di website Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Taman Nasional Bromo Tengger Semereu adalah salah satu Taman terbaik di dunia urutan ketiga yang ditetapkan oleh salah satu platform perjalanan yang berbasis di California. Dengan metode tertentu Bromo ditetapkan sebagai urutan ketiga.
Selain itu Bromo juga telah tercatat sebagai Unesco Global Park. Tak aneh kalau banyak wisatawan ingin hadir di Bromo baik berwisata dengan jip atau wisata dengan sepeda. Seperti yang ditemukan Jaring Bisnis saat berada di Jemplang.
Dengan kemasyuran keindahan Bromo maka sekitar tiga puluhan orang pesepeda bersiap mengadakan wisata bersepeda ke pegunungan Bromo. Eric Afriansyah, salah satu peserta kepada JaringBisnis mengatakan,” Saya sudah beberapa kali main sepeda disini, Bromo memang tidak bikin bosan, kita bisa menemukan berbagai jalur sepeda disini. “
Para Pesepeda yang mengaku datang dari Jakarta, dengan sebuah Bus, hari itu merencanakan bersepeda dari Bukit Jemplang berputar ke beberapa spot foto di Bromo.
“ Penasaran banget, pingin main sepeda di Bromo, katanya main sepeda kalo belum ke Bromo belum afdol, “ ujar Ika Rahmawati, yang kali pertama ke Bromo. Wanita hobby bersepeda yang berasal dari Pamulang Tangerang, mengaku dari Ladies Biker.
“ Ya sama dengan saya juga baru pertama kali ke Bromo, pinging owes keliling perbukitan Bromo, biar bisa bikin konten,’ ucap Yasin salah satu rombongan pesepeda dari sebuah Komunitas yang tidak mau disebut namanya.
Menurut Achmad, salah satu satpam Bromo Hillside, pada Sabtu dan Minggu ataupun hari besar banyak pesepeda dari luar kota datang ke Bromo.
Bromo yang sempat ditutup untuk beberapa lama, kini sudah mulai dibuka kembali, geliat wisatawan asing dan lokal sudah mulai banyak ditemukan.
Terbukti dengan lalu lalangnya kendaraan jip, sebagai pengantar wisatawan menuju ke lautan pasir. Satu hal yang sampai saat ini masih dikeluhkan pengunjung, adalah tidak standarnya sewa jip untuk menuju lokasi lautan pasir Bromo.
JaringBisnis sempat mencoba untuk memesan satu buah Jip untuk perjalanan pulang pergi dari Jemplang ke Lautan Pasir. Ditemukan pengendara dengan tarif yang berbeda. Mereka membuka penawaran dengan harga Rp.700.000 per sekali jalan pulang dan pergi.
Setelah tawar menawar disepakati Rp.500.000 dengan jumlah maksimal 7 penumpang. Namun saat selesai, tim JaringBisnis sempat berdebat dengan pengendara jip, lantaran meminta ongkos tambah.
Kondisi tersebut tentunya akan berdamnpak buruk terhadap kelangsungan wisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Paling tidak, Pengelola harus membuat suatu regulasi tarif, sehingga semua pihak bisa terakomodir kepentingannya.
JaringBisnis tidak sempat mengkonfirmasi kondisi tersebut, mengingat waktu sudah sore, dan keterbatasan waktu, apapun kondisinya saat ini pegunungan Bromo tetap menjadi magnit wisata , baik lokal maupun mancanegara.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, harus peka dan turun langsung memonitor keadaan di lapangan yang sebenarnya. (JB/01/Mam/Ole)