SUMITRO INSTITUTE, WADAH UNTUK MENGGALI DAN MENGKAJI ‘SUMITRONOMICS’

Sumitro Institute dibentuk oleh para intelektual dan lulusan dari berbagai perguruan tinggi yang mengatasnamakan perhimpunan murid Prof Sumitro Djojohadikusumo. (ist)

Jakarta, JaringBisnis. Dilatarbelakangi dorongan untuk semakin menggali, mempelajari kembali, dan berbagi warisan pemikiran Prof Sumitro Djojohadikusumo atau yang sering disebut sebagai ‘Sumitronomics’, menjadi dasar dibentuknya Sumitro Institute. Pemikiran Sang Begawan ekonomi itu dinilai terbukti semakin relevan dengan kondisi yang berkembang saat ini.

Peresmian Sumitro Institute pada 1 Juni 2025, bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila menandai langkah penting dalam melestarikan dan mengembangkan pemikiran Prof. Sumitro yang juga banyak berkontribusi dalam pengembangan Ekonomi Pancasila. Sumitro Institute telah diinisiasi sejak Januari 2024 sebagai wadah diskusi informal bagi Perhimpunan Murid-Murid Prof. Sumitro atau yang dalam bahasa Sansekerta mereka sebut sebagai Catra Sangha Djojohadikusumo.

Sumitro Institute dibentuk oleh para intelektual dan lulusan dari berbagai perguruan tinggi yang mengatasnamakan perhimpunan murid Prof Sumitro Djojohadikusumo. Sumitro Institute resmi diperkenalkan dalam bincang ilmiah dengan mengangkat tema “Prolog Sumitronomics: Pembangunan untuk Ekonomi & Ekonomi untuk Pembangunan”.

Acara ini dihadiri Wakil Menteri Keuangan RI yang merupakan cucu dari Prof. Sumitro, Thomas Djiwandono, Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman RI Fahri Hamzah, Ekonom Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) Fithra Faisal Hastiadi, serta Ketua Ikatan Alumni (ILUNI) FEUI Dr. Ubaidillah Nugraha. Sebagai narasumber hadir yaitu Prof. Dr. Anggito Abimanyu, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM).

Menurut Anggito, pemikiran-pemikiran Prof. Sumitro adalah warisan penting bagi bangsa terutama terkait keberadaan ekonomi pembangunan bukan semata ilmu ekonomi. “Prof. Sumitro bukan hanya milik ILUNI.

Sedangkan Fahri Hamzah, yang juga alumni FEUI menyampaikan bahwa ada beberapa tema yang selalu menjadi atensi Prof Sumitro. “Ekonomi yang diajarkan Prof. Sumitro adalah ekonomi pembangunan yang menyentuh pedesaan, menggerakkan koperasi, mengentaskan kemiskinan, dan mengadaptasi masa depan,” tegas Fahri.

“Yang diperlukan bukan semata-mata pembangunan di Indonesia melainkan pembangunan Indonesia yang lebih inklusif, mengikutsertakan segenap masyarakat. Itulah yang ingin disampaikan Prof. Sumitro melalui pemikiran-pemikirannya selama ini,” tambah Fithra Faisal Hastiadi.

Pandu Sjahrir, Chief Investment Officer (CIO) Danantara, menyampaikan Danantara tempatnya berkiprah kini, tak lain adalah wujud dari pemikiran Prof Sumitro yang sudah dicetuskan semenjak puluhan tahun lalu.

“Danantara bukan hanya profit, tapi nilai, dan kedaulatan, yang sustainable. Oleh karena itu lebih dari optimalisasi kekayaannya, Danantara adalah optimalisasi pelakunya,” katanya.

Haryo Budi Rahmadi, Caretaker Sumitro Institute, mengungkap bahwa Prof Sumitro adalah yang pertama menulis buku bertajuk Ekonomi Pembangunan atau Development Economics secara spesifik hingga terbitnya buku tersebut di pada 1955. “Bahkan sangat besar kemungkinan lebih dulu ketimbang Sir Arthur Lewis yang kerap dianggap sebagai bapak ekonomi pembangunan,” ujarnya.

Berbagai kegiatan yang telah berjalan selama ini adalah preservasi karya-karya Prof. Sumitro serta diskusi rutin lintas disiplin lintas almamater.

“Ke depan, dalam rangkaian kegiatan menuju Grand Launching, Sumitro Institute akan menggelar sejumlah kegiatan antara lain hybrid seminar nasional Hari Koperasi 2025, dan dialog internasional untuk menyambut Peringatan 10 Windu Kemerdekaan RI,” jelas Gufron Al Bayroni, alumnus Universitas Pertahanan yang juga salah satu pendiri Sumitro Institute. (JB/03/Wid)