Jakarta, JaringBisnis.Webinar Global and Domestic Investment Strategies yang digelar oleh Sinarmas Sekuritas (SimInvest) akibat dari dinamika politik dan ekonomi global yang kian dinamis seiring dengan banyaknya isu global akhir-akhir ini. Namun diperkirakan perekonomian Indonesia akan tetap tangguh dan tetap stabil. Webinar yang diadakan pada Rabu (22/5) tersebut hadir sebagai narasumber CEO of Meadowfield Capital Mark Tan, Institutional Research Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy dan Head of Fixed Income Research Sinarmas Sekuritas Aryo Perbongso.
Isfhan Helmy dari Sinarmas Sekuritas memperkirakan pertumbuhan 2Q24 yang cukup kuat.“Untuk pertumbuhan PDB sendiri kami perkirakan sebesar 5.1-5.2%, dimana pertumbuhan 2Q24 masih akan cukup kuat di 5.3% dimana dukungan dari belanja pemerintah maupun investasi masih cukup kuat. Kami juga menilai macro backdrop yang tidak terlalu berubah memberi fondasi yang kuat untuk Pasar saham untuk recovery di 2H24, dengan target IHSG di 7,800 (base case) dengan asumsi 13.7x P/E.”
Sinarmas Sekuritas memperkirakan trade surplus akan terus berada di atas $3 miliar dollar secara bulanan sepanjang sisa tahun 2024 dan akan mencapai $3.6 miliar secara rata-rata di 4Q24 dimana penopang utama akan datang dari beroperasinya mega smelter Freeport Dan Amman Minerals yang diperkirakan akan membawa tambahan sekitar $300 juta per bulan pada 4Q24 nanti.

Hal ini akan berdampak pada current account dimana Sinarmas Sekuritas perkirakan akan berbalik Dari defisit menjadi kembali surplus sebesar 0.2-0.3% terhadap PDP di 3Q-4Q24. Namun secara tahunan current account akan tetap defisit sebesar -0.2% terhadap PDP di Karenakan defisit cukup besar terjadi di 1Q24 yang mencapai 1.1% terhadap PDB.
Aryo Perbongso, Head of Fixed Income Research Sinarmas Sekuritas menggarisbawahi Ketegangan geopolitik yang telah mereda. “Tensi geopolitik di Timur Tengah yang sudah menurun yang menyebabkan penurunan harga minyak WTI sebesar 8,2%. “Akan tetapi, cadangan devisa Indonesia turun sebesar USD 4,2 miliar menjadi USD 136,2 miliar pada April 2024 karena tingginya pembayaran utang luar negeri dan intervensi Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Inflasi melambat menjadi 0,25% m-m dan 3,0% y-y di bulan April, dipengaruhi oleh deflasi harga bahan makanan pasca-Ramadhan.”
PDB Indonesia pada Q1 2024 tumbuh sebesar 5,11%, didorong oleh belanja pemerintah dan konsumsi swasta, meskipun ini merupakan pertumbuhan terendah untuk kuartal Ramadhan sejak 2017, kecuali tahun COVID-19. Defisit Transaksi Berjalan melebar menjadi USD 2,161 juta, dan Neraca Pembayaran keseluruhan menunjukkan defisit sebesar USD 5,97 miliar. Yield obligasi pemerintah sedikit menurun, dengan yield obligasi bertenor 10 tahun diperkirakan turun menjadi 6,72% di tengah volatilitas pasar yang berlanjut dan kekhawatiran ekonomi AS. (JB/01/Ole)