KSEI KOMITMEN DUKUNG KETAHANAN PEREKONOMIAN NASIONAL

Seminar Emiten 2025 yang diselenggarakan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Selasa (8/7/2025). Seminar mengangkat tema "Navigating Global Dynamics: The Resilience of Indonesia’s Economic and Financial Systems."

Jakarta, JaringBisnis. Sebagai bagian vital dari ekosistem pasar modal, emiten memegang peran penting dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat saat memberikan sambutan dalam Seminar Emiten 2025 yang diselenggarakan KSEI Selasa (8/7/2025).

Mengusung tema “Navigating Global Dynamics: The Resilience of Indonesia’s Economic and Financial Systems,” seminar ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat sinergi antara regulator, emiten, investor, dan seluruh pemangku kepentingan pasar modal Indonesia dalam menghadapi tantangan perekonomian global dan nasional yang dinamis.

“Sejalan dengan visi untuk memperkuat infrastruktur pasar modal Indonesia, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) konsisten menjalankan komitmen dalam menghadirkan inovasi yang berkelanjutan dalam rangka menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih efisien, transparan, dan inklusif, termasuk untuk memberikan kemudahan kepada emiten,” ungkap Samsul.

Pencapaian dan kontribusi KSEI antara lain terlihat dari data operasional yang menunjukan peningkatan tindakan korporasi sebesar 8,07% yang telah mencapai 4.570 kegiatan sampai dengan akhir Juni 2025, dibandingkan rata-rata 6 bulan selama 2 tahun terakhir.

Nilai Tindakan Korporasi yang didistribusikan melalui KSEI selama semester I 2025 mencapai Rp273 triliun, meningkat 10% dibandingkan akhir tahun 2024. Selain itu, sebanyak 961 emiten telah memanfaatkan layanan eASY.KSEI, atau meningkat 3,1% dibandingkan tahun 2024. Sedangkan jumlah investor yang menggunakan eASY.KSEI mengalami peningkatan 18%, yang mencapai 56 ribu dibanding tahun 2024.

Dukungan yang dilakukan KSEI juga terlihat dari sisi kesiapan insfrastruktur. KSEI memiliki beberapa sistem utama, salah satunya adalah The Central Depository and Book-Entry Settlement System (C-BEST) yang saat ini mampu menjalankan instruksi dengan kecepatan 150 ribu transaksi per menit.

Dengan kapasitas tersebut, KSEI telah menjalankan 246,9 juta instruksi selama tahun 2025, dengan rata-rata instruksi harian sebanyak 2,3 juta. Per akhir Juni 2025, jumlah efek yang disimpan di C-BEST berjumlah 3.297 dengan nilai efek sebesar Rp8.308 triliun.

Selain C-BEST, terdapat juga sistem Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST) yang menjalankan transaksi reksa dana dengan rata-rata subscription dan redemption sebanyak 114 ribu per hari. Per akhir Juni 2025, jumlah produk investasi pada S-INVEST berjumlah 2.250 dengan Asset Under Management sebanyak Rp811 triliun.

Fundamental ekonomi

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN, Ferry Irawan yang hadir mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto menyebut di tengah ketidakpastian global, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan ekonomi dengan pertumbuhan stabil, inflasi terkendali, dan penurunan kemiskinan.

“Melalui reformasi struktural dan kebijakan yang strategis, Indonesia berkomitmen mencapai target pertumbuhan 8% pada 2029”, ujar Ferry.

Sementara Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Republik Indonesia Inarno Djajadi menyatakan peran pelaku industri dan regulator dalam hal ini OJK maupun SRO, menjadi sangat krusial, untuk menjaga resiliensi dan stabilitas pasar modal Indonesia.

“Untuk menjaga hal tersebut dibutuhkan sinergi dan kolaborasi yang baik, sehingga akan menghasilkan kebijakan yang responsif dan strategis,” ungkap Inarno.

Ekonom senior & komisaris independen Bank Central Asia (BCA) Raden Pardede menyebut fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat menahan tekanan global sekarang ini. Namun Indonesia tidak boleh lengah dan berpuas diri karena ketidak pastian dan badai global ini masih terus berlanjut.

“Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang visioner dan well advised, kondisi ekonomi yang “agile” dan terdifersifikasi, strategi fiskal dan moneter yang tepat dan bisa melakukan counter cyclical sebagai persiapan menghadapi kondisi darurat, serta sumber daya manusia yang tangguh. Indonesia tidak akan bisa mengendalikan kondisi global/external yang tidak menentu ini, tapi harus mampu mengendalikan faktor internal kita dengan kebijakan yang adaptif dan responsif terhadap situasi yang berkembang” jelas Raden. (JB/03/Wid)