ICE INGATKAN RISIKO ORANGTUA BERIKAN SEPEDA LISTRIK UNTUK ANAK-ANAK

JaringBisnis, Jakarta. Ketua Indonesia Cycling Embassy (ICE), Poetoet Soedarjanto, mengkritisi penyalahgunaan sepeda listrik yang belakangan ini marak menjadi penyebab kecelakaan.

“Sepeda listrik, skuter listrik, sekarang begitu mudah dijumpai dan menjadi alat bermain anak-anak. Masalahnya, hal ini tidak diimbangi dengan bekal pengetahuan dan peraturan terkait cara memakai sepeda listrik,” kata Poetoet.

Akibatnya mudah diduga. Peristiwa kecelakaan tunggal maupun kecelakaan yang melibatkan kendaraan lain kerap terjadi.

Data Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri menyebutkan, pada medio Januari – Juni 2024, telah tercatat setidaknya 647 kecelakaan yang melibatkan penggunaan sepeda listrik.

Di awal marak sepeda listrik di tahun 2023, pada periode Juni – Agustus saja sudah tercatat 107 kecelakaan yang melibatkan moda transportasi ini.

“Karenanya kami menghimbau agar orangtua, lebih memerhatikan, menimbang, dan memberikan pengetahuan dasar atas penggunaan sepeda listrik. Termasuk juga peraturan-peraturannya. Tidak cuma membelikannya, lalu membiarkannya bermain hingga ke jalan raya,” kata Poetoet.

Ia juga menjelaskan, kebutuhan akan moda transportasi murah, hemat, dan ramah lingkungan memang dibutuhkan. Tetapi harus tetap memerhatikan Undang-Undang yang berlaku seperti Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 45 Tahun 2020. Di antaranya menyebutkan, pengendara sepeda listrik harus berusia minimal 12 tahun, memakai helm, tidak boleh mengangkut penumpang jika tidak ada boncengannya, dan tidak boleh digunakan di jalan raya.

Willy Sunandar, anggota ICE sekaligus B2W Indonesia asal Medan turut menyampaikan kekhawatirannya.

Menurut Willy, penggunaan sepeda listrik di wilayah kampung-kampung di Sumatera Utara sangat membantu bagi para pelajar untuk pulang pergi ke sekolah.

“Tapi di kota Medan, yang saya saksikan hampir setiap hari, anak-anak banyak menggunakannya untuk bermain hingga ke jalan raya,” kata Willy.

Kondisi ini, menurut Willy, harus segera diatasi karena berpotensi menjadi penyebab kecelakaan di masa depan. Apalagi toko-toko penjual sepeda listrik semakin menjamur di Medan.

“Saya pernah lihat, anak-anak ini berboncengan hingga tiga orang. Dan saya lebih sering menyaksikan mereka tidak memakai helm, ketimbang yang taat memakai helm,” kata Willy.

“Orangtua harus berpikir safety first. Risikonya terlalu besar membiarkan anak-anak mereka bermain di jalan memakai sepeda listrik tanpa pengawasan dan dibekali pengetahuan yang benar,” kata Poetoet. (JB/02/GlG)