BELAJAR DARI SANG PURNAWARMAN, PEMIMPIN TEGAS PEMERSATU NEGARA

prasasti ciaruteun

Jakarta, JaringBisnis. Tatkala Sang Purnawarman menjadi raja di Tarumanegara -ia di masa transisi manakala ayahanda Rajaresi Dharmayawarman mengalami defisit kepercayaan dari rakyat. Hal itu disebabkan menggilanya perompak di pesisir utara, barat, dan selatan.

Sejatinya, ini bukan kesalahan Dharmayawarman semata, namun suasana kondusif yang diciptakan Jayasinghawarman -sang pendiri Taruma, ayah dari Dharmayawarman- di era kepemimpinannya, membuat Dharmayawarman lengah. Dan situasi negara saat itu juga mengarah pada kemajuan agama (yaitu Hindu, penerimaan alirana hinayana-mahayana Buddha, dan Jatisunda), sehingga urusan pertahanan dan keamanan negara sedikit terabaikan.

Sang Purnawarman membuat banyak sekali perubahan. Ia menjadi Raja sekaligus ahli siasat perang yang sukses, ia membangun banyak irigasi untuk membuat arus niaga berjalan lancar -yang sekaligus bermanfaat bagi upaya bercocok-tanam. Ia memerintahkan membuat beberapa prasasti, ia bahkan memindahkan ibukota kerajaan dari Bogor ke arah pesisir dalam rangka strategi perdagangan dan pertahanan.

Sejatinya, sejarah itu berulang.
Dalam dimensi dan bentuknya yang berbeda.

Namun memang, genetika manusia pun akulturasi berupa kekerasan hati yang diimpor dari negeri luar, menghilangkan jati diri bangsa ini: Keluhuran budi pekerti.
Budaya menggerutu yang kita lihat akhir-akhir ini di linimasa para sahabat, adalah manifestasi lupanya kita pada: Hebatnya Sang Purnawarman.

Ia memilih berbuat sebaik yang ia bisa. (JB/02/GlG)