SEMAKIN BANYAK ANAK MUDA MENYUKAI KERIS INDONESIA

(Foto : GlG)

Jakarta, JaringBisnis. Geliat pemerhati budaya yang diikuti oleh lapisan masyarakat pecinta budaya kini semakin mendapat ruang. Salah satunya dilakukan, Pusat Riset Ekonomi Kreatif dan Pariwisata LPPM Universitas Soedirman, Purwokerto, yang menggelar acara ‘Keris Goes to Campus Unsoed’, beberapa waktu lalu.

Talk show dan bursa keris ini dihadiri oleh Ketua LPPM Unsoed, Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti, M.P.,IPU., ASEAN. Eng,  Sekretaris LPPM Dr. Sri Wahyu Handayani, S.H., M.H. dan para pimpinan organisasi masyarakat pecinta keris di wilayah Banyumas dan sekitarnya.

Yang menarik, sekitar 250 mahasiswa/i dari berbagai kampus di wilayah Purwokerto juga turut hadir di acara ini. Hal yang tentu saja menyenangkan karena ternyata masih ada generasi terkini yang menghargai budaya leluhur.

“Kita melihat keris ini dari sisi budaya bukan dari mistiknya tetapi seni budaya seperti arti ukiran dalam keris dan cara menggunakannya,” kata Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti.

Para Empu pembuat keris biasanya mengukir keris dengan teliti, terlihat dari bagian-bagian setiap keris yang memiliki arti atau makna tersendiri. Bahkan tak jarang ukiran tersebut mengandung makna sejarah yang mendalam.

Untuk penggunaanya, biasanya keris dipakai di belakang dengan filosofi bahwa orang Jawa diajarkan untuk selalu menghargai dan menghormati orang lain, tidak suka pamer serta tidak suka menonjolkan kelebihan.

Namun pada situasi atau pada tokoh tertentu, keris juga bisa dipakai di depan. Biasanya, orang yang menggunakan keris di depan memuat pesan tertentu, misalnya kondisi waspada atau siap siaga untuk bertarung.

Ketua Pusat Riset Ekonomi Kreatif LPPM UNSOED Dr. Rahab, M.Sc, mengatakan, ada tiga potensi keris bagi ekonomi kreatif yang berbasis kearifan lokal, yaitu pertama keris telah diakui UNESCO sebagai karya budaya leluhur nusantara yang telah diakui oleh dunia. Kedua, keris merupakan formulasi dari tiga wujud kebudayaan yaitu ide, nilai kehidupan, dan karya. Ketiga, keris mengandung unsur penyusun non-bendawi yang sangat kaya makna yaitu aspek sejarah, tradisi, seni, simbolisme, dan falsafah hidup. (JB/02/GlG)