PRAMONO ANUNG CANANGKAN GERAKAN PASAR RAKYAT, SENATOR SOROTI INTERAKSI, TEKNOLOGI, DAN EKONOMI KREATIF

Pasar Ikan Noryangjin di Korea Selatan tampil bersih, nyaman, dan modern, menjadi ruang kuliner, nostalgia teknologi, sekaligus interaksi lintas generasi. (Foto: Dok JaringBisnis)

Jakarta, JaringBisnis. Pencanangan Gerakan Pasar Rakyat oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dinilai positif anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris. Namun, menurutnya, Jakarta bisa menjadi role model bagi daerah lain, gerakan pasar rakyat ini harus melampaui aspek fisik dan administratif seperti pasar-pasar rakyat yang ada di Korea Selatan (Korsel).

“Gerakan pasar rakyat di Jakarta harus menjelma sebagai platform integratif yang menyatukan pelaku UMKM, inovasi digital, ekonomi kreatif, dan interaksi lintas generasi termasuk Gen Z, seperti pasar-pasar rakyat yang ada di Korsel. Di sana tradisionalitas pasar tetap dijaga, rakyat diberi tempat berinteraksi dan teknologi serta ekonomi kreatif berpadu dengan sangat baik,” ujar Fahira Idris kepada JaringBisnis di Jakarta, Senin (22/7/2025).

Senator Jakarta ini mencontohkan Pasar Gyeongdong dan Noryangjin di Korea Selatan tampil bersih, nyaman, dan modern, menjadi ruang kuliner, nostalgia teknologi, sekaligus interaksi lintas generasi. Ekosistem yang dibangun di kedua pasar rakyat ini menunjukkan bahwa kemajuan Korsel tidak hanya soal industri dan teknologi, tetapi juga desain ekonomi kerakyatan yang inklusif dan berkelanjutan.

Di kedua tempat tersebut, pasar rakyat diintegrasikan ke dalam arsitektur modern, pariwisata budaya, dan ekosistem ekonomi kreatif, menjadikannya ruang publik yang hidup bagi semua kalangan sampai generasi Z.

Untuk itu, setidaknya ada lima strategi yang bisa ditempuh. Pertama, pasar sebagai ruang publik dan budaya. Pasar rakyat bukan sekadar tempat jual beli, melainkan ruang budaya dan demokrasi ekonomi yang hidup. Jakarta perlu menata pasar sebagai ruang publik inklusif. Oleh karena itu penting libatkan komunitas dalam desain ulang pasar, hadirkan zona seni dan ruang publik, serta melibatkan kurator budaya untuk menjaga kekhasan lokal.

Kedua, digitalisasi inklusif untuk semua. QRIS dan transaksi digital sudah mengangkat pamor pasar rakyat, tetapi perlu didorong lebih luas dan merata. Inklusi digital harus menjangkau semua kelompok, termasuk lansia dan kelompok rentan. Penting untuk mengembangkan program digitalisasi pasar jadi program permanen yaitu dengan membentuk tim edukasi digital di tiap pasar, dan sediakan booth bantuan transaksi untuk pengunjung.

Ruang kreatif

Ketiga, pasar harus dirancang ulang agar menarik bagi generasi muda. Seperti di Korea Selatan, pasar bisa menjadi ruang kreatif, interaktif, dan atraktif melalui kolaborasi teknologi dan budaya. Ke depan pasar-pasar rakyat di Jakarta bisa menggandeng perusahaan teknologi untuk menghadirkan zona interaktif, gelar Pop-up Market bagi kreator muda, dan fasilitasi eksperimen teknologi berbasis UMKM.

Keempat, tata kelola dengan insentif dan standar. Revitalisasi pasar tak cukup berhenti pada bangunan.

Standarisasi tata kelola dan insentif harus diterapkan untuk mendorong kinerja yang akuntabel dan kompetitif. Langkah strategis yang bisa dilakukan adalah terapkan sistem peringkat pasar berbasis kinerja, berikan insentif bagi pasar unggulan, dan sanksi administratif bagi pasar yang abai terhadap standar.

Strategi kelima, pasar sebagai destinasi urban. Pasar bisa menjadi bagian penting dari wisata kota global, seperti pasar di Seoul yang bersih, tematik, dan menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Kegiatan konkret yang bisa dilakukan adalah membuat paket wisata pasar bersama Dinas Pariwisata, hadirkan pasar malam tematik, dan bangun narasi digital pasar sebagai destinasi budaya kota Jakarta.

“Dengan strategi yang tepat, pasar-pasar di Jakarta tidak hanya akan menjadi pusat ekonomi rakyat, tetapi juga panggung interaksi sosial yang memikat generasi Z dan kebanggaan kota global berbudaya sebagaimana visi Jakarta,” pungkas Fahira Idris. (JB/03/Jie/Wid)