Jakarta, JaringBisnis . Hari Buku Sedunia yamg diperingati setiap 23 April, bertujuan untuk mendorong semua negara meningkatkan minat membaca masyarakatnya sekaligus diharapkan membentuk kesadaran bersama pentingnya ketersediaan buku untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Harus diakui, minat baca masyarakat Indonesia masih menjadi persoalan serius mengingat berdasarkan studi dan laporan berbagai lembaga, tingkat literasi atau kemampuan baca, tulis, dan pemahaman terhadap suatu masalah masih rendah.
Data UNESCO menyebut hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca. Ini berarti dari 1000 orang Indonesia, hanya satu orang yang suka dan aktif membaca. Sementara hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 yang diumumkan pada 5 Desember 2023, Indonesia berada di peringkat 68 dengan skor matematika (379), sains (398), dan membaca (371). Penelitian ini mengevaluasi prestasi siswa yang berusia 15 tahun dalam disiplin ilmu matematika, membaca, dan sains.
Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris mengungkapkan, salah satu kendala dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia adalah ketersediaan buku. Peredaran buku yang masih terpusat di Pulau Jawa mengakibatkan masyarakat di daerah lain, terutama di desa dan pelosok, masih terkendala dalam mengakses buku yang berkualitas dan beragam. Padahal, negara-negara yang tingkat literasinya tinggi salah satu faktor utamanya adalah semua masyarakatnya memiliki akses mudah terhadap beragam buku.
“Salah satu strategi paling efektif meningkatkan literasi adalah memastikan ketersediaan dan kemudahan masyarakat untuk mengakses buku yang beragam dan berkualitas di seluruh wilayah Indonesia. Ini karena, buku adalah sumber daya utama atau fondasi dalam proses pembelajaran dan pengembangan literasi. Jika buku tersedia dan mudah diakses, maka tingkat literasi masyarakat Indonesia akan melompat sehingga kemampuan membaca, menulis, berpikir kritis, dan tingkat pengetahuan juga akan melesat,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, dalam keterangan yang disampaikan kepada Jaring Bisnis, Rabu (23/4).
Menurut Fahira Idris, setidaknya ada tiga dampak besar jika sebuah negara mampu menyediakan akses buku yang luas kepada masyarakatnya. Pertama, efektif memacu minat membaca yang lebih besar dan secara langsung berkontribusi pada peningkatan keterampilan literasi. Kedua, memperkaya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai kosa kata bahasa Indonesia, bahasa asing, bahasa daerah, dan berbagai istilah. Ketiga, dengan memiliki akses terhadap berbagai jenis buku, masyarakat akan bertransformasi menjadi lebih kreatif, memiliki kemampuan berpikir kritis dan analitis, serta pandangan terhadap dunia semakin luas.
Oleh karena itu, lanjut Fahira Idris, saat ini dan ke depan harus memastikan ketersediaan buku di seluruh pelosok negeri menjadi prioritas negara, terutama pemerintah sebagai komitmen meningkatkan tingkat literasi dan pengetahuan masyarakat.
“Sudah saatnya program memperluas jaringan perpustakaan umum yang berkualitas, baik infrastruktur fisik maupun ketersediaan buku di pelosok Indonesia menjadi prioritas nasional. Kehadiran toko-toko buku independen di berbagai daerah juga harus mendapat dukungan penuh agar ekosistem literasi lokal terbangun. Selain itu, program donasi buku yang juga efektif memperluas akses buku terutama kepada kelompok masyarakat kurang mampu harus terus dinyalakan,” pungkas Fahira Idris yang juga pemerhati pendidikan ini. (JB/05/DWI)