Jakarta, JaringBisnis. Liga Champions musim 2024-2025 memasuki babak akhir dan telah menyisakan empat tim.
Arsenal, Barcelona, Paris Saint-Germain (PSG), serta Inter Milan akan bersaing di semifinal untuk memperebutkan tiket ke final. Arsenal akan menghadapi PSG, sementara Barcelona akan ditantang Inter Milan.
Leg pertama akan berlangsung 30 April 2025 dan 1 Mei 2025 sementara leg kedua digelar 7 dan 8 Mei 2025. Tim pemenang semifinal akan tampil di laga puncak yang akan berlangsung di Allianz Arena, kandang Bayern Muenchen, 1 Juni 2025.
Dari empat tim semifinalis, Barcelona dan Inter Milan pernah merasakan nikmatnya menjadi klub terbaik di Benua Biru.
Barcelona telah delapan kali lolos ke final Liga Champions, lima diantaranya mampu diakhiri dengan gelar juara. Sementara Inter Milan tiga kali menjadi juara setelah enam kali lolos ke laga puncak.
Arsenal dan PSG hingga saat ini baru sekali lolos ke final. Namun di kesempatan perdana tampil di final, baik Arsenal dan PSG gagal menuntaskannya dengan kemenangan.
Arsenal menembus laga puncak Liga Champions untuk pertama kalinya pada musim 2025-2026. The Gunners, yang kala itu ditangani Arsene Wenger, harus mengakui keunggulan Barcelona.
Pada final yang berlangsung di Stade de France, Paris, Prancis, 17 Mei 2006, Arsenal kalah 1-2.
Sedangkan PSG pertama kali lolos ke final di musim 2019-2020. Namun, PSG yang dibesut Thomas Tuchel kalah 0-1 dari Bayern Muenchen lewat gol Kingsley Coman di Estadio da Luz, Portugal, 23 Agustus 2020.
Fakta tersebut membuat banyak pihak lebih menjagokan Barcelona ataupun Inter Milan untuk mengangkat Si Kuping Lebar, julukan trofi Liga Champions, usai babak final berakhir di Allianz Arena, 1 Juni mendatang.
Arsenal ataupun PSG hanya menjadi underdog dan dinilai tidak akan bisa menandingi Barcelona ataupun Inter Milan di laga puncak.
Head to head
Berdasarkan head to head terhadap lawan yang akan dihadapi di final, peluang Arsenal untuk meraih kemenangan di partai puncak masih kalah dibanding PSG.
Arsenal memiliki catatan yang tidak menggembirakan saat harus melawan Barcelona ataupun Inter Milan.
Menghadapi Barcelona, Arsenal hanya sekali menang dalam sembilan kali kesempatan. Enam laga lainnya berakhir dengan kekalahan dan dua laga berakhir imbang.
Sedangkan melawan Inter Milan, Arsenal dua kali kalah dalam tiga pertemuan dan hanya sekali menang.
Sementara catatan head to head PSG lebih baik dibanding Arsenal saat harus menghadapi Barcelona atau Inter Milan di final.
Hingga saat ini, PSG telah 13 kali bertemu dengan Barcelona dengan hasil empat kemenangan, lima kalah, dan empat imbang.
Sedangkan jika harus menghadapi Inter Milan, PSG unggul tipis dengan raihan tiga kemenangan dalam lima kali pertemuan. Dua laga lainnya berakhir dengan kemenangan Inter Milan.
Keanehan Kota Munich
Namun, laga final yang akan berlangsung di Allianz Arena memberikan harapan tersendiri bagi Arsenal maupun PSG. Pasalnya, jika final Liga Champions dimainkan di Kota Munich, selalu lahir juara baru.
Sepanjang sejarah, Kota Munich telah empat kali menjadi kota penyelenggara laga final Liga Champions. Dari empat final tersebut, memang selalu muncul juara baru.
Pada final musim 1978-1979 di Stadion Olimpiae Munich, Nottingham Forest merebut gelar juara pertamanya di Liga Champions dengan mengalahkan Malmo FF dengan skor 1-0
Pada musim 1992-1993, giliran Olympique Marseille yang pecah telur usai mengalahkan AC Milan 1-0 dalam final di Stadion Olimpiade Munich.
Sedangkan pada musim 1996-1997, ‘tuan rumah’ Borussia Dortmund merebut gelar perdananya dengan mengalahkan Juventus 3-1, juga di Stadion Olimpiade Munich.
Pada musim 2011-2012, Chelsea untuk pertama kali menjadi juara Liga Champions dengan mengalahkan tuan rumah Bayern Muenchen dalam adu penalti di Stadion Allianz Arena.
Fakta bahwa kota Munich selalu melahirkan juara baru memang tidak bisa dijadikan pegangan. Bisa saja itu hanya sebuah kebetulan belaka.
Namun demikian, bukan tidak mungkin ‘keanehan’ Kota Munich ini akan dilanjutkan Arsenal ataupun PSG.
Walau tidak diunggulkan, penampilan sejak babak penyisihan hingga perempat final menunjukkan Arsenal dan PSG memiliki kapasitas untuk menjadi juara. Performa yang ditunjukkan Arsenal dan PSG hingga bisa menembus perempat final patut menjadi pertimbangan.
Di babak sebelumnya, Arsenal dan PSG memperlihatkan bahwa mereka tidak bisa diremehkan. Tim-tim yang lebih diunggulkan diluar dugaan mampu disingkirkan Arsenal ataupun PSG.
Di babak 16 besar, PSG mampu membalikkan ramalan dengan menyingkirkan Liverpool.
Kejutan lebih besar dibuat Arsenal di perempat final. Menghadapi raksasa Eropa, Real Madrid, The Gunners menggila di dua laga.
Di kandang, Stadion Emirates pada leg pertama, Arsenal membuktikan ketangguhannya dengan meraih kemenangan telak 3-0.
Sepekan berselang, saat menjadi tamu Real Madrid di Santiago Bernabeu pada leg kedua, Arsenal membungkam Los Blancos. Di depan publik tim yang telah mengoleksi 15 gelar Liga Champions tersebut, Arsenal kembali meraih kemenangan. Saat itu, The Gunners menang 2-1.
Fakta-fakta ini membuat Arsenal maupun PSG tidak bisa dipandang sebelah mata. Arsenal, yang kini dibesut Mikel Arteta, maupun PSG yang dilatih Luis Enrique, telah menunjukkan kelasnya sebagai salah satu tim papan atas Benua Biru.
Tradisi kota Munich sebagai kota tempat lahirnya juara baru Liga Champions, bukan tidak mungkin akan berlanjut. Dan Arsenal ataupun PSG yang akan meneruskan tradisi tersebut. (JB/03/Wid)