KOI ALIHKAN FOKUS KE OLIMPIADE 2028 LOS ANGELES

Raja Sapta Oktohari. FOTO DOK: NOC Indonesia

Jakarta, JaringBisnis. KOMITE Olimpiade Indonesia (KOI) bermodal capaian di Olimpiade 2024 Paris, kini menatap gelaran selanjutnya di Olimpiade 2028 Los Angeles, AS.

Ketua Umum KOI (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari mengucap syukur atas hasil akhir yang diraih Kontingen Indonesia di Paris 2024. Dia berharap cabang olahraga lain dapat lolos menuju Olimpiade 2028 Los Angeles.

“Alhamdulillah, Olimpiade sudah sampai di akhir, Saya ucapkan terima kasih untuk atlet, pengurus cabor, pemerintah dan semua supporting sistem,” ujar Okto–sapaan Raja Sapta Oktohari–dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

“Banyak sejarah yang tercipta. Masih ada waktu dua tahun, dan kita ajak lagi cabor lain untuk bisa lolos kualifikasi Olimpiade 2026 Los Angeles. Dan tidak lupa kita juga akan bersiap untuk menjadi tuan rumah Youth Olympic Games 2030.” Kontingen Indonesia membawa pulang dua medali emas dan satu medali perunggu dari Olimpiade 2024 Paris.

Bahkan dalam satu hari, Kontingen Indonesia mengumpulkan dua medali emas sekaligus. Medali Emas pertama dipersembahkan Veddriq Leonardo yang turun di nomor speed putra cabang olahraga sport climbing.

Berselang hampir sembilan jam kemudian, giliran Rizki Juniansyah dari cabang olahraga angkat besi kelas 73 kg putra, meraih medali emas kedua.
Sementara, satu medali perunggu diperoleh Gregoria Mariska Tunjung di cabang olahraga badminton nomor tunggal putri.

Pencapaian dua medali emas di Paris 2024 itu menyamai prestasi 32 tahun lalu di Olimpiade 1992 Barcelona. Kala itu, melalui Susy Susanti dan Alan Budikusuma dari bulu tangkis.

Di sisi lain, Paris 2024 juga menjadi catatan baru. Medali emas Kontingen Indonesia berasal dari dua cabang olahraga berbeda. Pertama kali emas datang dari luar cabang bulu tangkis. Sejak 1992, bulu tangkis selalu menyumbangkan medali emas, kecuali di London pada 2012.

“Sangat bersyukur ya. Kalau saya di CdM fokusnya di hilir. Yang hebat itu Veddriq, Rizki, Gregoria dan semua atlet, tim oficial, pengurus cabor, NOC Indonesia, Pemerintah, Kemenpora dan masyarakat yang telah mensupport,” kata Chef de Mission (CdM) Anindya Bakrie.

Memburu lima emas

Selain itu, raihan dua emas satu perunggu sekaligus membawa Indonesia menempati peringkat 39 di klasemen perolehan medali. Hasil ini lebih baik jika dibanding dengan pencapaian di Tokyo 2020, Indonesia menempati peringkat 55 di dunia.

“Tentu untuk rangking Indonesia dari 55 ke 39 ini perubahan yang signifikan. Penantian 32 tahun dapat dua emas dan diraih dari cabang di luar badminton,” ujar Anindya.

“Ini artinya olahraga Indonesia semakin besar dan disegani, tidak hanya di badminton saja. Kita bisa mengalahkan dua negara besar Amerika Serikat dan Cina,” tambahnya.

Anindya berharap Indonesia bisa meloloskan lebih banyak atlet dari berbagai cabang olahraga. Sekaligus membuka peluang raihan medali emas yang lebih besar. “Dari 12 cabor yang terkualifikasi, kita dapat tiga medali dari tiga cabang olahraga. Tentu ini hasil yang manis. Untuk bisa masuk G-20 olahraga, paling tidak kita harus bisa meraih lima medali emas. Tinggal kita cari tiga lagi,” tandas Anindya.

“Evaluasi harus segera dilakukan, infrastruktur sudah ada dari Pak Jokowi dan tinggal dilanjutkan oleh Pak Prabowo sebagai presiden terpilih. Semoga semua stakeholder olahraga bisa bersatu dan meraih hasil lebih baik lagi di Olimpiade 2028 Los Angeles.” (JB/01/Gus/Ole)