FINAL LIGA CHAMPIONS, FAKTOR NON TEKNIS UNTUNGKAN PSG

Bagi PSG ini menjadi kesempatan kedua tampil di laga puncak kompetisi sepak bola antarklub Eropa. Sebelumnya, PSG pernah lolos ke final musim 2019-2020. Namun, PSG yang dibesut Thomas Tuchel kalah 0-1 dari Bayern Muenchen lewat gol Kingsley Coman di Estadio da Luz, Portugal, 23 Agustus 2020.

Sedangkan bagi Inter Milan, ini merupakan kali ketujuh merebut tempat di final Liga Champions. Dari enam penampilan final sebelumnya, Inter Milan mampu tiga kali menjadi juara.

Walau memiliki prestasi lebih baik dibanding PSG di ajang Liga Champions, namun Inter Milan tidak lebih diunggulkan. Dengan kekuatan yang dimiliki saat ini, kedua tim dinilai memiliki peluang yang sama untuk menjadi juara.

Pelatih PSG, Luis Enrique mengatakan tim asuhannya dan pemain telah berkembang pesat musim ini. Pelatih asal Spanyol itu menegaskan kekuatan tim, bukan individu pemain, adalah hal yang paling penting.

“Anda belajar sesuatu setiap hari setelah bertahun-tahun pengalaman sebagai pelatih, dan saya terus berkembang bersama tim ini. Motivasi saya adalah memenangkan Liga Champions untuk pertama kalinya bersama Paris. Saya ingin ini sebagai hadiah untuk tim, klub, dan kota,” tegas mantan pelatih Barcelona itu.

Optimisme juga diungkapkan kapten PSG, Marquinhos. “Saya tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Sekarang giliran kami untuk melakukan pekerjaan ini, memenangkan trofi, membawanya ke Paris untuk para pendukung kami, untuk keluarga kami,” ungkap Marquinhos.

Keyakinan yang sama juga dinyatakan Inter Milan. Pelatih Simone Inzaghi menegaskan para pemain Inter Milan bertekad menang.

“Saya telah memenangkan trofi besar, tetapi saya merindukan Liga Champions. Saya senang berada di final lainnya. Kami ingin memiliki permainan yang sempurna dan membawa trofi kembali ke Milan,” tambah kapten Inter Milan, Lautaro Martínez.

Tuah kota Munich

Namun, ada faktor non teknis yang membuat PSG lebih diunggulkan menjadi pemenang dalam final kali ini. Laga yang akan berlangsung di Allianz Arena memberikan harapan tersendiri bagi PSG. Pasalnya, jika final Liga Champions dimainkan di Kota Munich, selalu lahir juara baru.

Sepanjang sejarah, Kota Munich telah empat kali menjadi kota penyelenggara laga final Liga Champions. Dari empat final tersebut, memang selalu muncul juara baru.

Pada final musim 1978-1979 di Stadion Olimpiae Munich, Nottingham Forest merebut gelar juara pertamanya di Liga Champions dengan mengalahkan Malmo FF dengan skor 1-0

Pada musim 1992-1993, giliran Olympique Marseille yang pecah telur usai mengalahkan AC Milan 1-0 dalam final di Stadion Olimpiade Munich.

Sedangkan pada musim 1996-1997, ‘tuan rumah’ Borussia Dortmund merebut gelar perdananya dengan mengalahkan Juventus 3-1, juga di Stadion Olimpiade Munich.

Pada musim 2011-2012, Chelsea untuk pertama kali menjadi juara Liga Champions dengan mengalahkan tuan rumah Bayern Muenchen dalam adu penalti di Stadion Allianz Arena.

Fakta bahwa kota Munich selalu melahirkan juara baru memang tidak bisa dijadikan pegangan. Bisa saja itu hanya sebuah kebetulan belaka.

Namun demikian, bukan tidak mungkin ‘keanehan’ Kota Munich ini akan berlanjut. Tradisi kota Munich sebagai kota tempat lahirnya juara baru Liga Champions akan dilanjutkan PSG dengan menjadi juara musim ini. (JB/uefa.com.03/Wid)

Perkiraan susunan pemain:

PSG (4-3-3)

Donnarumma; Hakimi, Marquinhos, Pacho, Nuno Mendes; Joao Neves, Vitinha, Fabian Ruiz; Doue, Dembele, Kvaratskhelia

Inter Milan (3-5-2)

Sommer; Bisseck, Acerbi, Bastoni; Dumfries, Barella, Calhanoglu, Mkhitaryan, Dimarco; Thuram, Martinez