DOKTOR TURITA, DARI AKADEMISI HINGGA INSTRUKTUR MEDITASI

Doktor Turita Indah Setyani. (ist)

Jakarta, JaringBisnis. Pembawaannya tenang, suaranya lembut, tipikal figur dengan keilmuan yang penuh. Dialah Doktor Turita Indah Setyani, seorang dosen dari Program Studi Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).

Oleh banyak mahasiswanya ia biasa disapa dengan panggilan akrab Mbak Ita atau Ibu Ita. Di dunia akademisi, Mbak Ita sudah banyak dikenal melalui bidang keilmuannya, mulai dari menjadi pengampu mata kuliah Sastra Religi Jawa hingga pernah menjadi Kepala Program Studi Pascasarjana Ilmu Susastra FIB UI 2021-2023.

Mbak Ita juga dikenal sebagai peneliti di bidang pernaskahan, berbagai artikel yang berkaitan dengan dunia pernaskahan Nusantara juga pernah diterbitkannya seperti ‘Konstruksi Perempuan Jawa Zaman Jawa Pertengahan: Kajian Terhadap Teks Tantu Panggelaran’, ‘The Manifestation of the Highest God in the Tantu Panggelaran Text: The Perfection of Cosmic Reality’, ‘The Philosophy of Spirits Purification in the Ritual Entas-Entas in Wonotoro Village as The Identity of the Tengger Community’, dan masih banyak lagi.

Selain dunia akademisi, Mbak Ita ternyata memiliki aktivitas lain yang juga memiliki dampak positif bagi masyarakat yaitu menjadi pamomong meditasi. Bersama sang suami, Sano Rizal, ia mendirikan Urban Spiritual Indonesia, sebuah komunitas meditasi yang mengajak para anggotanya meraih kesehatan lahir dan bathin.

Mbak Ita sering menggelar acara meditasi di tempat-tempat yang eksotis seperti di candi-candi, salah satunya di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Sejak Mei 2025 lalu, Mbak Ita membawa Urban Spiritual Indonesia berkolaborasi dengan Direktorat Kebudayaan Universitas Indonesia dan Komoenitas Makara untuk menggelar acara rutin bulanan bernama Majelis Nyala Purnama, sebuah pagelaran seni budaya yang menggabungkan berbagai aktivitas seni seperti Tari, Musik, Puisi, Ngaji Budaya, hingga Meditasi yang diadakan setiap bulan purnama di selasar gedung Makara Art Center Universitas Indonesia.

Di sana, Mbak Ita bertindak sebagai instruktur meditasi yang memimpin para hadirin bermeditasi di bawah sinar bulan purnama yang syahdu. Selain meditasi di bawah sinar bulan purnama bersama Komoenitas Makara, Mbak Ita juga sering memimpin meditasi untuk kesehatan di berbagai tempat.

Dalam acara Majelis Nyala Purnama #6 yang diadakan di Makara Art Center UI Mbak Ita kembali memimpin hadirin yang hadir dan ikut bermeditasi. Tema acara kali ini adalah “Makan Sehat, Jiwa Kuat, Bangsa Hebat”, yang diselenggarakan guna menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (10 Oktober 2025) dan Hari Pangan Sedunia (16 Oktober 2025).

“Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (10 Oktober) dan Hari Pangan Sedunia (16 Oktober), mari kita refleksikan kembali pentingnya membangun keterhubungan antara tubuh, pikiran, dan lingkungan melalui pola makan sehat dan praktik meditasi yang teratur. Dengan tema “Makan Sehat, Jiwa Kuat, Bangsa Hebat” dalam acara Majelis Nyala Purnama kali ini, menjadi seruan kolektif untuk memperkuat fondasi kesehatan masyarakat Indonesia secara holistik,” jelas Mbak Ita.

Dikatakan, melalui meditasi, seseorang belajar untuk hadir sepenuhnya di saat ini, membangun kesadaran diri yang lebih dalam, sehingga sensitivitas meningkat. Dengan sensitivitas yang ada, kata Mbak Ita, manusiua akan menjadi lebih bijak dalam menentukan makanan berdasarkan petunjuk rasa yang muncul di lidah.

Rasa tersebut terhubung dengan organ tubuh yang memberi sinyal untuk kebutuhan asupan makanan untuk menyeimbangkannya. Rasa asam sinyal kebutuhan asupan makanan untuk menyeimbangkan organ hati/kandung empedu. Rasa pahit signal kebutuhan asupan makanan untuk menyeimbangkan organ jantung/usus kecil. Selanjutnya rasa manis, pedas, asin merupakan signal kebutuhan asupan makanan untuk menyeimbangkan organ limpa/lambung, paru-paru/usus besar, ginjal/kandung kemih. Apabila kita makan sesuai dengan petunjuk dari rasa yang muncul sebagai signal itu, maka otomatis tubuh akan menjadi sehat karena kebutuhan asupan makanan selalu terpenuhi. Pola makan sesuai kebutuhan dan tubuh seimbang memiliki peran besar dalam menjaga stabilitas emosi, konsentrasi, dan kesehatan mental. Di lain pihak, pikiran yang tenang dan jernih menghidupkan kesehatan jiwa dan membangkitkan kesadaran akan pentingnya merawat diri secara utuh (kesehatan lahir dan batin),” tutur Mbak Ita. (JB/03/Wid)