Black Campaign Kelapa Sawit Indonesia

Kebun kelapa sawit dari udara

Jakarta – Merujuk informasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Madrid Spanyol, (6/12/2023), mispersepsi dan misinformasi terkait kelapa sawit di Indonesia menyebabkan minyak sawit dari Indonesia dianggap sebagai komoditas tercela di Eropa. Hal ini diungkapkan, Advisor LSM Yayasan Minyak Sawit Berkelanjutan Spanyol, Carmen Báguena.

Setidaknya ada dua isu yang menjadi sumber ketidaktahuan asing yang menjadi sumber mispersepsi dan misinterpretasi, yaitu bahwa produk kelapa sawit tidak sehat dan masalah pembukaan lahan hutan untuk perkebunan kelapa sawit. Faktanya, menurut Dr. Musdhalifah Machmud dari Kementerian Perekonomian RI, hanya 7,4 persen dari 189 juta hektar luas daratan Indonesia yang dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit. Dari 16,38 juta hektar yang dipergunakan tersebut, 41,3 persen di antaranya merupakan perkebunan milik petani kecil.

Senada dengan Musdalifah, Dr. Rio Budi Rahmanto dari Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan bahwa minyak sawit di Indonesia merupakan yang paling banyak membawa kemanfaatan dibandingkan minyak rapeseed di Uni Eropa, minyak kedelai di Brazil, maupun minyak bunga matahari di Ukraina. Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberhasilan tertinggi dalam mengurangi tingkat deforestasi di tahun 2022, di mana terdapat penurunan 64 persen pada hilangnya hutan primer Indonesia pada periode 2002-2022.

Pada seminar bertajuk Epistemic Community and Market Forum (ECMF) on Sustainable Vegetable Oil di Madrid, 30 November 2023 tersebut, Musdalifah menegaskan bahwa keberhasilan Indonesia menurunkan deforestasi dalam lima (5) tahun terakhir menunjukkan bahwa kelapa sawit sudah menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan.

Baguena menegaskan bahwa Komisi Eropa yang belakangan menjadi semakin ketat terhadap kebenaran klaim pelabelan, seharusnya menindak produsen yang mencantumkan label ‘bebas minyak sawit’ semata untuk mengesankan produk non sawit lebih menyehatkan. Padahal, minyak sawit Indonesia lebih banyak memberikan manfaat ketimbang minyak kedelai Brazil, minyak bunga matahari Ukraina, maupun minyak rapeseed Uni Eropa. (GlG)