ATASI TANTANGAN EKONOMI GLOBAL, BSI OPTIMALKAN INOVASI KEUANGAN SOSIAL ISLAM

Wakil Direktur Utama BSI Bob T Ananta. (dok bsi)

Jakarta, JaringBisnis. Menghadapi tantangan ekonomi global, PT Bank Syariah Indonesia (BSI) menjalankan strategi optimalisasi inovasi keuangan sosial Islam. BSI telah menetapkan Kerangka Kerja Keberlanjutan yang mengacu dan selaras dengan Maqashid Syariah.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Direktur Utama BSI Bob T Ananta saat menjadi panelis acara Menara Syariah-INCEIF University Symposium 2, Senin (4/8/2025) di Menara Syariah, PIK 2, Banten.

Kerangka Kerja Keberlanjutan BSI tersebut ditopang oleh tiga pilar utama. Pertama, perbankan berkelanjutan melalui portofolio, produk, kebijakan, hingga tataran manajemen risiko. Kedua, operasional berkelanjutan untuk merealisasikan nol emisi dalam operasional perusahaan. Ketiga, inklusi keuangan dan distribusi ZISWAF.

“BSI berkomitmen mewujudkan perbankan syariah yang mencerminkan Islam sebagai Rahmatan Lil’alamin melalui penerapan keuangan berkelanjutan. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan sinergi antara pertumbuhan bisnis, kebaikan dan manfaat bagi masyarakat dan nasabah, kesejahteraan lingkungan dan masyarakat, serta pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” kata Bob.

Ia juga menegaskan bahwa perseroan menerapkan usaha keberlanjutan dengan memenuhi perannya dalam kepatuhan regulasi, memberikan manfaat komersial, dan mendorong penciptaan nilai jangka panjang. Sebagai salah satu realisasinya, terlihat dari portofolio pendanaan berkelanjutan yang telah dilakukan perseroan.

Dalam hal ini BSI menawarkan produk-produk dana berkelanjutan sebagai bagian dari komitmen terhadap investasi yang bertanggung jawab dan pengembangan ekonomi hijau yang sesuai dengan prinsip syariah. Di antaranya melalui Sukuk Berkelanjutan yang telah dilaksanakan melalui 2 tahap.

Adapun tahap yang telah dilaksanakan adalah Tahap I 2024 yang menyasar dana Rp3 triliun dengan kelebihan permintaan hingga 3 kali. Juga tahap II 2025 yang menyasar dana Rp5 triliun dengan kelebihan permintaan 4,4 kali.

Bahkan manfaat Sukuk Keberlanjutan Tahap I telah dilaporkan perseroan. Seperti di ‘sektor hijau’ melalui pembangunan proyek energi terbarukan, pengelolaan air dan air limbah berkelanjutan, hingga produk-produk ramah lingkungan. Ada pula manfaat di sektor sosial, seperti akses ke layanan esensial, pemberdayaan kemampuan kerja dan pembiayaan UMKM, hingga membangun ketahanan pangan dan pangan berkelanjutan, serta pemberdayaan sosial ekonomi.

“Sejak berdiri, BSI konsisten meningkatkan portofolio pembiayaan berkelanjutan sebagai komitmen kuat mendukung pembangunan ekonomi yang hijau, sosial, dan inklusif. Contohnya pembiayaan berkelanjutan BSI hingga Maret 2025 meliputi Pembiayaan Hijau sebesar Rp14,6 triliun, tumbuh 16,64% Year On Year. Ada juga pembiayaan sosial sebesar Rp57.9 triliun atau tumbuh 24,36% Year On Year,” ujar Bob.

Untuk pembiayaan sosial BSI, lanjut Bob, terdiri dari pembiayaan UMKM dan PBR (Perorangan Berpenghasilan Rendah). Tak hanya itu, kontribusi BSI terlihat pula dari zakat perusahaan dan karyawan yang terus meningkat. Pada 2024 jumlahnya mencapai Rp268,5 miliar, menjadikan BSI sebagai institusi penyumbang zakat terbesar di Indonesia.

Jika ditotal, sejak berdiri pada 2021 hingga Maret 2025, BSI telah menghimpun zakat perusahaan sebesar Rp727 miliar, zakat karyawan mencapai Rp145 miliar, serta zakat nasabah dan masyarakat sebesar Rp160 miliar.

Adapun dana zakat BSI yang disalurkan melalui lembaga zakat ditujukan untuk 5 pilar utama. Pertama adalah ekonomi, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program pemberdayaan desa, UMKM, perempuan, dan penyandang disabilitas

Kedua, pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia di antaranya melalui Beasiswa BSI. Ketiga adalah bidang kemanusiaan dengan memberikan bantuan kemanusiaan kepada anak yatim dan masyarakat terdampak bencana

Selanjutnya adalah bidang kesehatan, guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui layanan pemeriksaan kesehatan. Selanjutnya adalah bidang dakwah dan advokasi untuk mendukung literasi edukasi syariah.

“Alhamdulillah, peningkatan zakat ini mencerminkan pertumbuhan laba bersih perusahaan yang solid. Dengan pertumbuhan laba dua digit, kontribusi zakat pun meningkat. Hingga Maret 2025, lebih dari 200.000 masyarakat Indonesia telah merasakan manfaat dari penyaluran zakat BSI. InsyaAllah, jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan kinerja BSI dan meningkatnya penyaluran dana zakat,” kata Bob penuh optimisme.

Inovasi

Bob menjelaskan, bahkan dalam konteks penghimpunan zakat ini perseroan bersama BAZNAS dan UNDP memprakarsai Kerangka Kerja Zakat Hijau di Forum Zakat dan Wakaf Dunia 2024. Inovasi ini tak kalah penting, di mana Zakat Hijau berfungsi sebagai enabler untuk mengukur dampak sosial dan lingkungan.

Zakat Hijau merupakan strategi inovatif untuk memanfaatkan dana zakat guna mendorong keberlanjutan lingkungan dan mengatasi tantangan terkait perubahan iklim. Sebagaimana diuraikan dalam Prospek Zakat 2025, implementasi Zakat Hijau yang efektif memerlukan kolaborasi antarberbagai pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil.

Inisiatif Zakat Hijau ini telah dipresentasikan oleh BSI di Markas Besar PBB di New York. Dalam forum ini, BSI berkolaborasi dengan Bappenas, di mana Zakat Hijau disorot sebagai salah satu instrumen yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan.

“Hal ini menunjukkan bahwa Inisiatif Zakat Hijau menarik sebagai instrumen Keuangan Sosial Islam yang mendukung pengentasan kemiskinan dan Mitigasi Perubahan Iklim. Melalui kerja sama yang kuat, inisiatif Zakat Hijau dapat terintegrasi secara mulus ke dalam kebijakan pembangunan nasional, sehingga memperkuat dampaknya secara keseluruhan,” pungkas Bob. (JB/03/Wid)