Jakarta, JaringBisnis. Konferensi Internasional Perubahan Iklim Persatuan Bangsa-Bangsa (COP30) di Belem, Brasil menjadi momen bagi PT Pertamina (Persero) untuk memperkuat kolaborasi bersama mitra strategis global dalam mengatasi perubahan iklim. Pertamina telah memiliki berbagai langkah untuk mengurangi emisi, sejalan dukungan dari Pemerintah dan mitra global.
Saat diskusi bertema “Financing Climate Action through Methane Management: Unlocking Global Partnerships for a Net-Zero Future” di Pavilion Indonesia pada COP30, Senior Vice President HSSE PT Pertamina (Persero) Wenny Ipmawan mengatakan sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina berkomitmen mendukung target net zero emission Pemerintah pada 2060, atau lebih cepat melalui dukungan mitra.
Selain mendukung Global Methane Pledge yang diluncurkan pada COP26, di mana Indonesia termasuk di antara 159 negara yang bergabung, Pertamina juga berkomitmen dalam Oil and Gas Decarbonization Charter, untuk mencapai emisi hulu mendekati nol dan target intensitas metana 1–2% pada 2030.
“Komitmen global ini menjadi fondasi. Tantangan utamanya adalah bagaimana menerjemahkannya menjadi aksi nyata. Pertamina memiliki peran sentral dalam menerjemahkan komitmen nasional ke praktik operasional,” ujar Wenny.
Menurut Wenny, Pertamina telah menjalankan aksi nyata melalui 10 fokus kebijakan keberlanjutannya salah satunya berupa pengurangan emisi metana.
“Pertamina akan terus menjalankan kolaborasi dengan mitra global untuk mengakselerasi pengurangan emisi karbon dan transisi energi di Indonesia,” tandasnya.
Dukungan penuh
Pada diskusi tersebut, Direktur Global untuk Departemen Energi dan Ekstraktif Global Bank Dunia (World Bank), Demetrios Papathanasiou serta Director for LNG and Methane Management Division JOGMEC, Masataka Yanita, mengungkapkan dukungannya pada Indonesia dan Pertamina untuk upaya dekarbonisasi tersebut.
Demetrious menyatakan Asia memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan energi global. Minyak dan Gas akan tetap menjadi bagian dari bauran energi dalam waktu dekat, sehingga sangat penting untuk menurunkan emisi karbon.
Sementara itu, Director for LNG and Methane Management Division JOGMEC, Masataka Yanita mengakui telah memiliki kesepakatan studi bersama dengan Pertamina dan badan operasi bersama lainnya untuk melakukan pengukuran langsung di fasilitas hulu di Indonesia. Ini merupakan tahun kedua proyek tersebut dengan hasil yang signifikan.
“Tahun lalu, kami melakukan pengukuran di area Matindok dan Donggi. Tahun ini, kami sedang melakukan pengukuran di tiga area tambahan. Kami juga berupaya menyelesaikan studi zero-flaring untuk lapangan tersebut serta mendukung upaya pencapaian OGMP Level 4/5 Pertamina,” imbuhnya. (JB/03/Wid)















